Obesitas, atau kegemukan, adalah sebuah kondisi medis yang sering kali menjadi perhatian masyarakat karena tingkat prevalensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia. Namun, apa sebenarnya yang menyebabkan obesitas?
Menurut dr. Adhiatma Gunawan, seorang ahli gizi, obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan kalori dan pengeluaran energi. “Jika seseorang mengonsumsi lebih kalori dari pada yang dibakarnya melalui aktivitas fisik, maka ia akan mengalami penimbunan lemak yang berlebihan di tubuhnya,” jelas dr. Adhiatma.
Salah satu faktor yang sering dikaitkan dengan obesitas adalah pola makan yang tidak sehat. Makanan tinggi lemak, gula, dan garam seringkali menjadi penyebab utama terjadinya obesitas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh WHO, konsumsi makanan cepat saji dan minuman bersoda merupakan faktor risiko utama obesitas pada masyarakat modern.
Tidak hanya itu, kurangnya aktivitas fisik juga turut berperan dalam meningkatkan risiko seseorang terkena obesitas. Prof. Dr. Ir. M. Amin Soebandrio, seorang pakar biokimia, mengatakan bahwa gaya hidup yang cenderung kurang bergerak dan lebih banyak duduk dapat meningkatkan risiko obesitas. “Aktivitas fisik yang teratur sangat penting dalam menjaga keseimbangan energi tubuh dan mencegah terjadinya obesitas,” ujar Prof. Soebandrio.
Selain itu, faktor genetik juga berperan dalam menentukan kecenderungan seseorang terkena obesitas. Menurut Dr. Nila Moeloek, seorang dokter spesialis endokrinologi, “Ada penelitian yang menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi metabolisme tubuh seseorang dan membuatnya lebih rentan terhadap obesitas.”
Dengan demikian, obesitas bukanlah hanya disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik, pola makan, aktivitas fisik, dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memperhatikan pola makan dan gaya hidup sehat guna mencegah terjadinya obesitas.